Lempak lempu, Lempak lempuyang...
Dengo sing mlebu dadi awu banjur
ilang...
Kadut weteng, weteng segara...
Gulu bengawan dadi srana...
Wal geduwal, wal geduwal...
Embuh watu embuh koral...
Embuh pinjal embuh kadhal...
Embuh suwal embuh bantal...
Embuh karom embuh kalal...
Waton kolu njur diuntal...
Begitulah kata pinisepuh dalam
menggambarkan berbagai
macam aktifitas kita yang hidup di jaman digital ini.
macam aktifitas kita yang hidup di jaman digital ini.
Dengo sing mlebu dadi awu, banjur ilang, Kadut weteng, weteng segara.... Disini, segala sesuatu yang masuk kemulut kita seoalah - olah langsung hilang tanpa merasakan kenyang. Dan itu menandakan kurang rasa bersyukur. Segala sesuatu hanya untuk kepentingan pribadi tanpa menghiraukan resiko, dan akibatnya. Semua hanya untuk kepentingan perut kita. Wal geduwal, anggere kolu njur diuntal....
Kita memang diwajibkan mencari nafkah untuk keluarga, demi kelangsungan hidup kelak di kemudian hari. Agar mampu untuk meraih apa yang menjadi impian dan cita - cita.
Sering kita mendengar "ini
adalah zaman profesional, zaman Borderless atau tanpa batas di era
Globalisasi".
Seseorang yang Profesional tentunya mampu mengendalikan mental
spiritualnya, sehingga mereka akan melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai,
prinsip hidup, ataupun agama yang dianutnya. Karenanya, segala aktivitas
profesional harus diawali dengan sebuah kesadaran niat yang benar, bergesernya
niat, akan turut mempengaruhi kinerja seseorang. Sehingga muncullah "Wal
Geduwal " yang jelas - jelas
mementingkan perutnya sendiri tanpa didasari dengan norma - norma dan kaidah -
kaidah agama.
Tak dapat dipungkiri, kehidupan
dunia yang lebih mengedepankan aspek formalitas daripada moralitas, seperti
saat ini, intelektualitas dijadikan parameter pertama untuk mengukur kemampuan
seseorang. Padahal, kecakapan intelektual bukan satu-satunya tolok ukur untuk
menilai profesionalitas seseorang. Apa gunanya orang cerdas jika tak bermoral
dan tidak memiliki karakter yang baik. Kecerdasannya akan disalahgunakan hanya
untuk mengeruk keuntungan pribadi dan merugikan orang lain. Fathanah (Cerdas
dan bijaksana), yang bukan hanya sekedar
bermakna cerdas tetapi juga visioner dan inovatif, tanggap menangkap peluang
untuk maju serta menciptakan sesuatu yang tepat guna, efisien dan berdaya saing
tinggi.Yang kudu dibarengi dan diimbangi dengan kejujuran (ash-shidqu), amanah
(al-amânah) atau dapat dipercaya, serta keterbukaan dan transparansi (tablîgh).
yang bermakna menyampaikan sesuatu apa adanya, tanpa ditutup-tutupi.
Kita, adalah manusia yang tidak
sempurna, namun kita dapat menuju ke arah yang terbaik, yang dapat berguna bagi
kita bersama.
No comments:
Post a Comment